Mutiara

Jumat, 11 Desember 2015

Cerpen Si Perintis Masih Merintis

Si Perintis Masih Merintis
J.F dan U.S.P.A

Membuat lapangan usaha baru merupakan salah satu kerakternya. Terpandang sebagai orang sukses sudah biasa. Usaha yang digelutinya membuahkan hasil yang melimpah. Dengan dukungan moral dari keluarganya, dia bisa menjadi orang yang sukses. Jika menjumpai beberapa masalah  dan langsung menyerah bukan Budi namanya.
Seorang yang dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan kebutuhan hidup yang selalu tercukupi. Hal itu tidak membuatnya merasa bangga. Namun kegigihan dan semangatnyalah yang patut menjadi ancungan jempol.
Setelah pengumuman kelulusan sekolahnya di STM, Budi membawa hasil belajarnya selama 3 tahun. Dengan penuh bangga Budi menemui keluarganya.
“Ayah Aku mendapat hasil ujian terbaik.”
“Wah … hebat. Ayah sangat bangga pada mu. Ayah sarankan kamu melanjutkan ke perguruan tinggi terbaik di Indonesia.”
“Tapi Aku tidak ingin melanjutkan sekolah, Aku hanya ingin menjadi wirausaha seperti kakek.”
Sang Ayah terus saja membujuk agar Budi melanjutkan sekolahnya, namun dengan pendirian yang kuat Budi menolaknya. Dengan adanya dukungan dan bantuan dari kakeknya, ia dapat memulai usaha dengan cara mengelola selipan keluarga yang berada disebah rumahnya. Pengalaman membantu kakek adalah modal utama budi menjalankan selipan. Usia muda bukan sebuah penghalang Budi untuk menyaingi pengusaha-pengusaha besar. Walaupun tidak mudah untuk menjalankan usaha tersebut Budi tetap bersemangat.
Bahkan ketika sedang diterpa masalah Budi tetap bekerja keras dan tak pernah putus asa. Setelah memetik hasil yang cukup banyak dari selipan tersebut, Budi memiliki gagasan untuk mengembangkan usahanya lagi.
“Kau mampu menjaga dan mengembangkan usaha ini,” kata Kakek.
Dengan kepastian yang semakin besar, Budi membuka selipan baru ditempat yang berbeda. Hingga ia mempunyai 3 selipan. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Budi dapat membangun keluarga barunya bersama isatrinya Sinta. Mereka dikaruniani 3 orang anak, 2 diantaranya laki-laki. Sejalan dengan bertambahnya usia anak-anaknya, usahanya sudah semakin berkembang.
Tidak ingin hanya bergantung pada usaha selipan, maka Budi mencari ide untuk memperluas usahanya. Pemikirannya berujung pada usaha film gedung bioskop. Kemudian mulai dibangunlah gedung bioskop dengan nama Gedung Bioskop Braling di Kalikabong. gedung bioskop itu dikelola Budi dan sang istri.
“Bioskop ini semakin lama semain ramai saja, aku yakin ini keberhasilan kita bersama,” kata Sinta dalam hati.
Semua orang mengunjungi gedung bioskop braling. Muda mudi dan orang tua. Namun seiring dengan kemajuan teknologi masyarakat semakin mudah menjangkau film tanpa harus datang ke bioskop.
“Bagaimana ini ayah, bioskop sudah mulai sepi. Apa yang akan kita lakukan?”
“Iya benar. Sepertinya kita harus segera menutup gedung bioskop braling sebelum kerugian kita semakin besar,” kata Budi.
“Tapi jika bioskop ditutup penghasilan kita akan turun secara derastis.”
“Jika begitu kita harus membuka usaha baru yang lebih menguntungkan.”
Namun Sinta tidak yakin jika usaha Budi untuk membuka usaha baru akan berjalan sesuai dengan rencana. Keraguan Sinta akhirnya terhapuskan hanya dengan melihat semangat dan kegigihan dari suaminya. Ribuan ide telah diperkirakan oleh Budi, tapi tetap saja belum menemukan yang cocok. Setelah mengamati keadaan disekitar lingkungan, akhirnya Budi menemukan ide tentang usaha baru yang akan ia geluti.
“Usaha yang berhubungan dengan olahraga. Disekitar sini belum ada hal yang seperti itu, aku yakin itu akan menarik perhatian masyarakat,” ujar Budi.
“Itu ide yang menarik. Tapi bagaimana cara kita untuk memulai usaha itu? Sementara modal yang kita miliki sekarang hanya bersumber pada 3 selipan saja,” jawab istrinya.
“Kita bisa mengubah gedung bioskop menjadi lapangan indoor tenis.”
Istrinya membenarkan apa yang dikatakan Budi. Dengan keputusan yang telah disetujui, akhirnya gedung bioskop braling diganti menjadi Lapangan Indoor Tenis Utama. Belum lama setelah Lapangan Indoor Tenis Utama dibuka sudah banyak menarik perhatian dari masyarakat. Hal itu karena lapangan indoor tenis yang pertama di Purbalingga. Semakin hari semakin ramai. Di lain tempat satu selipan milik Budi diberikan kepada ibunya guna membiayai adik-adiknya yang masih bersekolah.
Karena peminat lapangan tenis utama mulai menurun akhirnya Budi mulai memikirkan ide usaha barunya lagi. Seperti biasanya ia menemukan sebuah ide yang belum ada di lingkungan. Sekarang Budi menemukan ide untuk membuat usaha lapangan futsal. Namun karena modal pertama usaha lapangan futsal begitu besar, sehingga hal tersebut menyulitkan Budi. Banyak hal yang perlu disiapkan untuk membuat sebuah lapangan futsal yang bagus. Masalah modal ini yang membuat Budi begitu kebingungan. Ia berusaha mencari bantuan modal kebeberapa tempat namun belum bisa mencukupi.
Lama-lama istri yang selalu mendukungnya mulai berputus asa dan mengusulkan ide usaha yang lain. Namun Budi tidak goyah pendirian, dia tetap yakin jika usaha lapangan futsal akan sangat menguntungkan. Walaupun memerlukan modal awal yang besar.
“Bagaimana jika kita membuka usaha selain lapangan fitsal? Masih banyak usaha yang belum kita coba,”  tanya sang istri.
“Tapi usaha ini akan sangat menguntungkan jika sudah beroprasi.”
“Bagaimana dengan modalnya? Apa kita bisa mengumpulkan modal sebesar itu.”
Keraguan dan kebingungan semakin menggunung. Namun Budi tidak tinggal diam, dia mulai mencari ide untuk mendapatkan modal. Kemudian Budi bertemu dengan seseorang yang merupakan agen resmi penjual lapangan futsal, orang itu adalah Tono. Budi berfikir bahwa ini merupakan sebuah jalan yang mempermudah perjalanan usahanya. Tono menjelaskan banyak hal mengenai usaha lapangan futsalnya. Dia juga mengatakan akan membantu membangun lapangan futsal yang Budi inginkan dengan biaya yang lebih murah dari biasanya.
Budi semakin tertarik dengan tawaran Tono, karena Budi belum mempunyai banyak informasi mengenai pendirian usaha seperti itu maka Budi berencana mengajak Tono bekerjasama. Tidak memerlukan waktu lama untuk Tono menyetujui hal itu.
“Untuk mendirikan sebuah lapangan futsal harus ada lahan yang bagus dan luas. Apa kamu sudah mempersiapkan tempatnya?”
“Tempat bagus dan luas sudah ada, yaitu lapangan indoor tenis utama.”
“Kalau begitu kita tinggal mencari modal untuk membeli dan membangun lapangan futsalnya,” kata Tono.
Budi kemudian menjelaskan semua usaha yang dilakukan demi mendapatkan modal untuk membangun sebuah lapangan futsal, tanpa mengetahui dimana tempat yang menjual lapangan futsal. Tono menawarkan pada Budi tempat untuk membeli lapangan futsal. Budi sangat senang dengan tawaran Tono, kemudian ia meminta Tono bekerjasama dengannya. Tono mengatakan bahwa modal  yang telah Budi miliki masih kurang, jadi ia meminta Budi untuk berusaha mencari modal lagi.
Sesampai Budi di rumah ia menceritakan tentang tono pada istrinya. Sinta begitu senang mendengar hal tersebut.
“Ayah bagaimana kalau kita meminjam modal di bank?” usul Sinta.
“Benar juga. Dengan begitu kita bisa mendapatakn modal dengan cepat. Kalau begitu ayo kita pergi ke bank sekarang, jangan buang-buang waktu lagi.”
Budi dan sang istri pergi ke bank meminjam modal yang begitu besar. Setelah meminjam di bank Budi segera menemui Tono. Kemudian Budi memberikan semua modal yang ia miliki. Kemudian beberapa hari setelah itu pembangunan lapangan futsal dimulai. Setelah lapangan futsal yang diberi nama lapangan futsal utama selesai dibangun, Budi dan Tono membuat perjanjian bagi hasil dari usaha ini. Kemudian lapangan futsal utama resmi dibuka.
Setelah beroprasi beberapa bulan, keuntungan yang didapat sangat menguntungkan bagi Budi. seiring dengan berjalannya waktu, Budi akhirnya tau bahwa untuk mendirikan sebuah lapangan futsal tidak membutuhkan modal yang begitu banyak seperti dirinya dulu. Dan yang lebih mengejutkan Budi yaitu Tono merupakan seorang calo, karena telah memeras ratusan juta modal awal pendirian lapangan futsal utama. Namun Tono sudah tidak dapat ditemui lagi, entah menghilang kemana.
Akibatnya Budi sekarang terjerat hutang yang sangat besar di bank. Setelah dihitung-hitung dengan keuntungan yang didapat dari usaha lapangan futsal utama, ternyata masih kurang untuk melunasi hutangnya dibank. Dengan sangat terpaksa setiap bulannya budi harus mengambil sebagian besar keuntungan dari lapangan futsal utama untuk melunasi hutangnya di bank.
Sekarang hutang Budi dibank sudah teratasi. Saat ini Budi memiliki sebuah lapangan futsal dan 2 usaha selipannya. Seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat sudah lebih menyukai membeli beras yang sudah siap masak dari pada pergi ke selipan. Akibatnya selipan milik Budi menjadi sepi. Satu selipanpun akhirnya ditutup dan dijual. Selipan satunya masih tetap dipertahankan.
“Benar juga. Selipan itu bisa dibuat menjadi usaha lapangan futsal lagi,” katanya dalam hati.
Kemudian Budi membicarakannya dengan istri dan ketiga anaknya, karena semua semua setuju akhirnya selipan dibongkar dan digantikan dengan lapangan futsal. Diberi nama lapangan futsal Garuda.
Setelah memiliki 2 lapangan futsal. Lapangan futsal yang Budi miliki sangat dipercaya fasilitasnya oleh para pengunjung. Dengan fasilitas lengkap seperti lapangan futsal berstandar FIFA, parker luas, WC, kantin, tribun penonton dan CCTV semakin menambah minat pengunjung. Sekarang penghasilan Budi untuk satu lapangan futsal sudah mencapai sekitar Rp500.000,00 sampai Rp1.500.000,00 per hari.

Penghasilan sebesar itu sebanding dengan kerja keras yang telah dilakukannya selama ini. Semua usaha yang dirintisnya membuahkan hasil yang memuaskan. Usahanya selama bertahun-tahun terbayar lunas. Lika-liku perjuangan Budi akhirnya berbuah manis. Si perintis itu masih merintis usaha baru hingga saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar