Si Perintis Masih Merintis
J.F dan U.S.P.A
Membuat lapangan usaha baru
merupakan salah satu kerakternya. Terpandang sebagai orang sukses sudah biasa.
Usaha yang digelutinya membuahkan hasil yang melimpah. Dengan dukungan moral
dari keluarganya, dia bisa menjadi orang yang sukses. Jika menjumpai beberapa
masalah dan langsung menyerah bukan Budi
namanya.
Seorang yang dibesarkan dalam
keluarga yang berkecukupan dan kebutuhan hidup yang selalu tercukupi. Hal itu tidak
membuatnya merasa bangga. Namun kegigihan dan semangatnyalah yang patut menjadi
ancungan jempol.
Setelah pengumuman kelulusan sekolahnya
di STM, Budi membawa hasil belajarnya selama 3 tahun. Dengan penuh bangga Budi
menemui keluarganya.
“Ayah Aku mendapat hasil ujian terbaik.”
“Wah … hebat. Ayah sangat bangga
pada mu. Ayah sarankan kamu melanjutkan ke perguruan tinggi terbaik di
Indonesia.”
“Tapi Aku tidak ingin melanjutkan
sekolah, Aku hanya ingin menjadi wirausaha seperti kakek.”
Sang Ayah terus saja membujuk agar
Budi melanjutkan sekolahnya, namun dengan pendirian yang kuat Budi menolaknya.
Dengan adanya dukungan dan bantuan dari kakeknya, ia dapat memulai usaha dengan
cara mengelola selipan keluarga yang berada disebah rumahnya. Pengalaman
membantu kakek adalah modal utama budi menjalankan selipan. Usia muda bukan
sebuah penghalang Budi untuk menyaingi pengusaha-pengusaha besar. Walaupun
tidak mudah untuk menjalankan usaha tersebut Budi tetap bersemangat.
Bahkan ketika sedang diterpa
masalah Budi tetap bekerja keras dan tak pernah putus asa. Setelah memetik
hasil yang cukup banyak dari selipan tersebut, Budi memiliki gagasan untuk
mengembangkan usahanya lagi.
“Kau mampu menjaga dan
mengembangkan usaha ini,” kata Kakek.
Dengan kepastian yang semakin besar,
Budi membuka selipan baru ditempat yang berbeda. Hingga ia mempunyai 3 selipan.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Budi dapat membangun keluarga
barunya bersama isatrinya Sinta. Mereka dikaruniani 3 orang anak, 2 diantaranya
laki-laki. Sejalan dengan bertambahnya usia anak-anaknya, usahanya sudah
semakin berkembang.
Tidak ingin hanya bergantung pada
usaha selipan, maka Budi mencari ide untuk memperluas usahanya. Pemikirannya
berujung pada usaha film gedung bioskop. Kemudian mulai dibangunlah gedung
bioskop dengan nama Gedung Bioskop Braling di Kalikabong. gedung bioskop itu
dikelola Budi dan sang istri.
“Bioskop ini semakin lama semain
ramai saja, aku yakin ini keberhasilan kita bersama,” kata Sinta dalam hati.
Semua orang mengunjungi gedung
bioskop braling. Muda mudi dan orang tua. Namun seiring dengan kemajuan
teknologi masyarakat semakin mudah menjangkau film tanpa harus datang ke
bioskop.
“Bagaimana ini ayah, bioskop sudah
mulai sepi. Apa yang akan kita lakukan?”
“Iya benar. Sepertinya kita harus
segera menutup gedung bioskop braling sebelum kerugian kita semakin besar,” kata
Budi.
“Tapi jika bioskop ditutup
penghasilan kita akan turun secara derastis.”
“Jika begitu kita harus membuka
usaha baru yang lebih menguntungkan.”
Namun Sinta tidak yakin jika usaha
Budi untuk membuka usaha baru akan berjalan sesuai dengan rencana. Keraguan
Sinta akhirnya terhapuskan hanya dengan melihat semangat dan kegigihan dari
suaminya. Ribuan ide telah diperkirakan oleh Budi, tapi tetap saja belum
menemukan yang cocok. Setelah mengamati keadaan disekitar lingkungan, akhirnya
Budi menemukan ide tentang usaha baru yang akan ia geluti.
“Usaha yang berhubungan dengan
olahraga. Disekitar sini belum ada hal yang seperti itu, aku yakin itu akan
menarik perhatian masyarakat,” ujar Budi.
“Itu ide yang menarik. Tapi
bagaimana cara kita untuk memulai usaha itu? Sementara modal yang kita miliki
sekarang hanya bersumber pada 3 selipan saja,” jawab istrinya.
“Kita bisa mengubah gedung bioskop
menjadi lapangan indoor tenis.”
Istrinya membenarkan apa yang
dikatakan Budi. Dengan keputusan yang telah disetujui, akhirnya gedung bioskop
braling diganti menjadi Lapangan Indoor Tenis Utama. Belum lama setelah Lapangan
Indoor Tenis Utama dibuka sudah banyak menarik perhatian dari masyarakat. Hal
itu karena lapangan indoor tenis yang pertama di Purbalingga. Semakin hari
semakin ramai. Di lain tempat satu selipan milik Budi diberikan kepada ibunya
guna membiayai adik-adiknya yang masih bersekolah.
Karena peminat lapangan tenis utama
mulai menurun akhirnya Budi mulai memikirkan ide usaha barunya lagi. Seperti
biasanya ia menemukan sebuah ide yang belum ada di lingkungan. Sekarang Budi
menemukan ide untuk membuat usaha lapangan futsal. Namun karena modal pertama
usaha lapangan futsal begitu besar, sehingga hal tersebut menyulitkan Budi.
Banyak hal yang perlu disiapkan untuk membuat sebuah lapangan futsal yang
bagus. Masalah modal ini yang membuat Budi begitu kebingungan. Ia berusaha
mencari bantuan modal kebeberapa tempat namun belum bisa mencukupi.
Lama-lama istri yang selalu
mendukungnya mulai berputus asa dan mengusulkan ide usaha yang lain. Namun Budi
tidak goyah pendirian, dia tetap yakin jika usaha lapangan futsal akan sangat
menguntungkan. Walaupun memerlukan modal awal yang besar.
“Bagaimana jika kita membuka usaha
selain lapangan fitsal? Masih banyak usaha yang belum kita coba,” tanya sang istri.
“Tapi usaha ini akan sangat menguntungkan
jika sudah beroprasi.”
“Bagaimana dengan modalnya? Apa
kita bisa mengumpulkan modal sebesar itu.”
Keraguan dan kebingungan semakin
menggunung. Namun Budi tidak tinggal diam, dia mulai mencari ide untuk
mendapatkan modal. Kemudian Budi bertemu dengan seseorang yang merupakan agen
resmi penjual lapangan futsal, orang itu adalah Tono. Budi berfikir bahwa ini
merupakan sebuah jalan yang mempermudah perjalanan usahanya. Tono menjelaskan
banyak hal mengenai usaha lapangan futsalnya. Dia juga mengatakan akan membantu
membangun lapangan futsal yang Budi inginkan dengan biaya yang lebih murah dari
biasanya.
Budi semakin tertarik dengan
tawaran Tono, karena Budi belum mempunyai banyak informasi mengenai pendirian
usaha seperti itu maka Budi berencana mengajak Tono bekerjasama. Tidak
memerlukan waktu lama untuk Tono menyetujui hal itu.
“Untuk mendirikan sebuah lapangan
futsal harus ada lahan yang bagus dan luas. Apa kamu sudah mempersiapkan
tempatnya?”
“Tempat bagus dan luas sudah ada,
yaitu lapangan indoor tenis utama.”
“Kalau begitu kita tinggal mencari
modal untuk membeli dan membangun lapangan futsalnya,” kata Tono.
Budi kemudian menjelaskan semua
usaha yang dilakukan demi mendapatkan modal untuk membangun sebuah lapangan
futsal, tanpa mengetahui dimana tempat yang menjual lapangan futsal. Tono
menawarkan pada Budi tempat untuk membeli lapangan futsal. Budi sangat senang
dengan tawaran Tono, kemudian ia meminta Tono bekerjasama dengannya. Tono
mengatakan bahwa modal yang telah Budi
miliki masih kurang, jadi ia meminta Budi untuk berusaha mencari modal lagi.
Sesampai Budi di rumah ia menceritakan
tentang tono pada istrinya. Sinta begitu senang mendengar hal tersebut.
“Ayah bagaimana kalau kita meminjam
modal di bank?” usul Sinta.
“Benar juga. Dengan begitu kita
bisa mendapatakn modal dengan cepat. Kalau begitu ayo kita pergi ke bank sekarang,
jangan buang-buang waktu lagi.”
Budi dan sang istri pergi ke bank
meminjam modal yang begitu besar. Setelah meminjam di bank Budi segera menemui
Tono. Kemudian Budi memberikan semua modal yang ia miliki. Kemudian beberapa
hari setelah itu pembangunan lapangan futsal dimulai. Setelah lapangan futsal
yang diberi nama lapangan futsal utama selesai dibangun, Budi dan Tono membuat
perjanjian bagi hasil dari usaha ini. Kemudian lapangan futsal utama resmi
dibuka.
Setelah beroprasi beberapa bulan,
keuntungan yang didapat sangat menguntungkan bagi Budi. seiring dengan
berjalannya waktu, Budi akhirnya tau bahwa untuk mendirikan sebuah lapangan
futsal tidak membutuhkan modal yang begitu banyak seperti dirinya dulu. Dan
yang lebih mengejutkan Budi yaitu Tono merupakan seorang calo, karena telah
memeras ratusan juta modal awal pendirian lapangan futsal utama. Namun Tono
sudah tidak dapat ditemui lagi, entah menghilang kemana.
Akibatnya Budi sekarang terjerat
hutang yang sangat besar di bank. Setelah dihitung-hitung dengan keuntungan
yang didapat dari usaha lapangan futsal utama, ternyata masih kurang untuk
melunasi hutangnya dibank. Dengan sangat terpaksa setiap bulannya budi harus
mengambil sebagian besar keuntungan dari lapangan futsal utama untuk melunasi
hutangnya di bank.
Sekarang hutang Budi dibank sudah
teratasi. Saat ini Budi memiliki sebuah lapangan futsal dan 2 usaha selipannya.
Seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat sudah lebih menyukai membeli beras
yang sudah siap masak dari pada pergi ke selipan. Akibatnya selipan milik Budi
menjadi sepi. Satu selipanpun akhirnya ditutup dan dijual. Selipan satunya
masih tetap dipertahankan.
“Benar juga. Selipan itu bisa dibuat
menjadi usaha lapangan futsal lagi,” katanya dalam hati.
Kemudian Budi membicarakannya dengan
istri dan ketiga anaknya, karena semua semua setuju akhirnya selipan dibongkar
dan digantikan dengan lapangan futsal. Diberi nama lapangan futsal Garuda.
Setelah memiliki 2 lapangan futsal.
Lapangan futsal yang Budi miliki sangat dipercaya fasilitasnya oleh para
pengunjung. Dengan fasilitas lengkap seperti lapangan futsal berstandar FIFA,
parker luas, WC, kantin, tribun penonton dan CCTV semakin menambah minat
pengunjung. Sekarang penghasilan Budi untuk satu lapangan futsal sudah mencapai
sekitar Rp500.000,00 sampai Rp1.500.000,00 per hari.
Penghasilan sebesar itu sebanding
dengan kerja keras yang telah dilakukannya selama ini. Semua usaha yang
dirintisnya membuahkan hasil yang memuaskan. Usahanya selama bertahun-tahun
terbayar lunas. Lika-liku perjuangan Budi akhirnya berbuah manis. Si perintis itu
masih merintis usaha baru hingga saat ini.